Kejadian : Pada hari itu
aku mengikuti les di sekolahanku. Yang dilaksanakan pukul 05.30 WIB, karena aku
tidak mau telat pada les tersebut. Aku minta tolong kepada ibuku untuk
mengantarkan aku. Saat waktunya pulang tiba. Aku berencana untuk pulang bersama
Kakak Marwah. Ternyata saat Kak Marwah berangkat sekolah tadi memakai sepedaku,
karena sepedanya bocor. Sepedaku yang di bawa Kak Marwah itupun juga ikut
bocor. Lalu sepedanya kami titipkan ke rumah temanku. Saat tiba di rumah aku
mengatakan kepada ibuku kejadian yang aku alami tadi di sekolahan. Sama ibu aku
di beritahukan kepada ayahku. Aku langsung di ajak sama ayah aku mengambil
sepeda. Saat perjalanan pulang ban montor yang kami naiki ikut bocor apalagi
saat itu dalam keadaan hujan deras.
Tak Menyangka
Hari senin itu, pukul 05.00 pagi.
Bukan bangun tidurku yang biasanya. Karena aku akan mengikuti bimbingan belajar
di sekalahku. Bimbingan untuk pembekalanku menghadapi UN. Pukul 04.45 pagi aku
sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah, karena masuknya pukul 05.30. Ketika
aku akan berangkat, ibu sudah menyiapkan sarapan untukku di dapur.
“ Syafa ..ayo sarapan dulu”. Perintah ibuku.
Akupun duduk di tempat makan dan
memakan makanan yang di masak ibuku. Sedapnya masakan ibu membuatku lupa dengan
segalanya. Saat aku menengok kanan terlihat pukul 05.20 WIB. “ Masya’allah…..aku bisa telat nih.” Ucapku
dengan perasaan kaget. Karena aku tidak ingin terlambat, aku meminta tolong
sama ibuku untuk mengantarkanku. Tiba di sekolahan terdengar suara bel sudah
dibunyikan. Aku meminta izin kepada ibuku dan langsung menuju ke kelas dengan
keringan ditubuhku. Setelah bimbingan belajar selesai, aku beristirahat
sebentar. Bel istirahat usai dibunyikan. Akupun masuk kelas. Aku mengikuti
pelajaran sampai akhir. Utungnya, tidak ada satupun kesialan yang terjadi
sampai sekolah usai.
Pulang sekolah aku akan berboncengan
dengan adik kelasku yaitu Kak Marwah. Akupun menuju ke kelasnya. “ Kak ayo
pulang….tapi temen-temen kok belum kesini.” Ajakku. “ iya kita tunggu dulu.”
Jawabnya. Setelah teman-teman berkumpul kami langsung menuju ke parkiran untuk
mengambil sepeda. Ternyata Kak Marwah tadi berangkat memakai sepedaku karena
sepedanya bocor. Di perjalanku menuju ke parkiran, aku dan Kak Marwah saling
lempar melempar yang membonceng duluan siapa.
“ Kak..aku di bonceng duluan ya nanti gentian
aku yang membonceng.” Ujarku. “ Oh tak bisaaa…!!!! Kamu yang harus duluan bonceng
aku.” Jawabnya. Dan kami masih saling lempar-melemparkan siapa yang memboncenh
duluan. Setiba di parkiran Kak marwah kaget.
“ Haaaaa… bannyaa.” Kata kak marwah. Aku
langsung menengok ke arah ban sepeda.
“ Haaa…, bannnya kempesss….gimana ini ????????”
Kami
bingung dibawa kemana sepeda ini, mau di bawa ke bengkel atau ke rumah temenku.
Tapi kalau ku bawa ke bengkel masalahnya aku tidak tahu dimana tempat
bengkelnya. Kemudian aku memutuskan untuk menitipkan sepeda ke rumah temenku
yang rumahnya dekat sekolahku. Jadi aku pulang dibonceng sama temenku Rasha,
dan Kak Marwah dibonceng sama Rena. Di tengah perjalanan aku ganti membonceng
Rasha. Perlahan demi perlahan sepeda ku kayuh dengan semangat walau sinar surya
siang itu sangat panas. Tak lama kemudian aku sampai di rumah. Akupun langsung
berganti baju. Kemudian mengatakan kepada ibuku.
“ Bu sepeda aku tadi kempes di sekolah,
sekarang sepedanya aku titipkan ke rumah temenku.” Ucapku. Ibu menjawab “
rumahnya mana… nanti biar di ambil sama ayah kamu.” ( ibu sambil menyisir
rambutnya ). “ deket sekolahku bu, nanti aku ikut aja waktu mengambilnya.”
Jawabku.
Ketika aku keluar dari rumah, langit
gelap sekali. Aku berdo’a agar jangan turun hujan dulu. “ Ya Allah….jangan Engkau
turunkan hujan dulu Ya Allah.”
Saat
itu aku di luar rumah duduk-duduk sama kakak-kakak dan adik aku. Kakak ku
bertanya sama aku.
“ Fa tadi kamu pulang kok berboncengan sama
Rasha. Dimana sepeda kamu yang di bawa Marwah tadi pagi.” Aku menjawab
pertanyaan kakakku. “ tadi sepedaku kempes bannya jadi aku titipkan ke rumah
temen aku yang deket sama sekolahan.”
Kemudian
ayahku memanggilku.
“ Fa….Syafa !!!!!!!!.” panggilnya.
“Iya yah..
!!!? ada apa….?” Jawabku.
“ Ayo kita ambil sepeda kamu.” Ajak ayahku.
Hujan
gerimis saat itu, tapi tak menjadi alasan untuk tidak mengambil sepedanya. Kamipun
berangkat mengambilnya. Di tengah-tengah perjalanan hujan turun sangat lebat
tapi aku dan ayahku tetap melaju terus. Bajuku menjadi basah kuyup. Tiba di sana aku langsung ke
rumahnya.
“ Assalamu’alaikum.” Salamku di depan pintu.
“ Wa’alaikum sallam.” Jawab ayah temanku.
“ Pak saya mau mengambil sepeda yang saya
titipka tadi siang.” Ucapku .
“ Oh silahkan, ini mbak sepedanya.”
“ Terima kasih ya pak.” Ucapan terima kasihku.
“ Iya sama-sama….” Ucapnya terima kasih kembali.
Ayahku membawa sepedaku dan aku
membonceng ayahku. Aku mulai menjalankan sepeda montornya. Hujan pada saat itu
masih deras sekali. Derasnya air hujan menetesi wajahku sehingga mengganggu
perjalananku. Di tengah perjalanan montor yang aku dan ayahku naiki
bergoyang-goyang. “ Yah.. ada apa ini !!!” tanyaku. “ Wahh gawat jangan-jamgan
montornya ikut bocor, coba berhenti dulu.” Kata ayahku. Aku menghentikan
montornya. Dan ternyata betul yang
ditebak ayahku, montornya juga ikut bocor. Aku dan ayahku bingung. Apa
lagi hujannya deras sekali.
“ Fa..tempat penambalan ban di sini, dimana
ya.” Tanya ayahku
“ Aku nggak tahu yah, bagaimana ini.” Jawabku
Kemudian
montornya dibawa sama ayah aku dan
sepedanya juga kubawa sambil berjalan. Saat itu ada anak kecil bertanya
kepadaku. “ Ada
apa mbak .” lalu aku menjawab “ Bannya bocor ni dek, tempat penambal ban dimana
ya…???”
Aku
di tunjukkan tempat tambal ban. “ ini mbak tempatnya.” Tapi saat itu ayahku
berjalan terlebih dahulu. Lalu aku menyusulnya.
“ Yah tadi disana ada tempat penambalan ban.”
“ Dimana…kok nggak bilang sama ayah.” Tanya
ayah
“ Aku kira ayah sudah tahu, trus tidak jadi menambalkan bannyaa.” Tegasku
“ Ya sudahlah ayo kita lanjutin
perjalanannya.”
Ayahku berjalan di depan dan aku
menyusulnya di belakang. Sedikit demi sedikit jarak yang aku tempuh akhirnya semakin dekat.
Tak lama kemudian akhirnya sampailah di rumah. Ayahku langsung menambal banya.
Dan pergi ke belakang untuk mandi. Aku tak menyangka pada hari itu kesialan
yang aku alami berturut-turut menimpaku.
Benar-benar hari yang menyialkan dan melelahkan. Tapi aku mengambil hikmah dari
semua kejadian hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar