Ads 468x60px

Senin, 05 Maret 2012

Papua Barat dan Pantai Utara Irian Jaya


Manokwari adalah ibu kota Provinsi Papua Barat merupalan pemekaran dari Provinsi Papua yang terdiri dari 6 Kabupaten dan 1 Kotamadya (103 Distrik, 46 Kelurahan dan 1126 Kampung) yaitu Kabupaten Manokwari (ibu kota provinsi), Kabupaten Sorong, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Empat dan 1 Kota yaitu Kota Admonistratif Sorong.

Pemekaran Provinsi Irian Jaya Barat didengungkan sejak tahun 1984. Bahkan pada tahun 1984 – 1986 berdasarkan Keputusan Mendagri Nomor 174 Tahun 1986 Tim Mendagri untuk mengadakan studi banding kelayakan untuk memperoleh kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya. Namun lebih dari satu dasa warsa, pemekaran tidak pernah terealisasi, karena alasan keterbatasan dana. Namun demikian kajian Tim Depdagri telah menjadi dasar digagasnya 3 (tiga) wilayah pembantu gubernur yaitu di Manokwari, Mimika dan Jayapura yang menjadi bakal pemekaran. Karena itu, Provinsi Irian Jaya memiliki 1 (satu) Gubernur dan 2 (dua) Wakil Gubernur diera tahun 1980-an. Wacana pemekaran Provinsi Irian Jaya Barat pada akhirnya benar-benar terjadi, atas dasar Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Punial, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong. Dasar tersebut kemudian diperkuat dengan SK DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 10 Tahun 1999 tentang pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi 3 (tiga) provinsi. Setelah disahkan pada tanggal 1 Oktober 1999 oleh Presiden BJ Habibie, rencana pemekaran provinsi menjadi 3 (tiga) ditolak warga Papua di Jayapura dengan demonstrasi akbar pada tanggal 14 Oktober 1999. Sejak saat itu pemekaran provinsi ditangguhkan, sementara pemekaran kabupaten tetap dilaksanakan sesuai Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999.

Pada tahun 2002, atas permintaan masyarakat Irian Jaya Barat yang diwakili Tim 315. Pemekaran Irian Jaya Barat kembali diaktifkan berdasarkan berdasarkan Inpres Nomor 1 Tahun 2003 yang dikeluarkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 27 Januari 2003. Sejak saat itu, Provinsi Irian Jaya Barat perlahan membentuk dirinya menjadi provinsi definitif.

Dalam perjalanannya, Provinsi Irian Jaya Barat mendapat tantangan dari induknya Provinsi Papua, hingga ke Mahkamah Konstitusi melalui uji materi. MK akhirnya membatalkan UU No. 45 Tahun 1999 yang menjadi payung hukum Provinsi Irian Jaya Barat, namun Provinsi Irian Jaya Barat tetap diakui keberadaannya. Irian Jaya Barat terus dilengkapi sistem pemerintahannya walaupun disisi lain payung hukumnya telah dibatalkan.Setelah memiliki wilayah yang jelas, penduduk, aparatur pemerintah, anggaran, anggota DPRD, akhirnya Provinsi Irian Jaya Barat menjadi penuh ketika memiliki Gubernur dan Wakil Gubernur definitif Bram O. Atuturi dan Drs. Rahimin Katjong. M.Ed yang dilantik pada tanggal 24 Juli 2006, sejak saat itu tarik menarik selama lebih 6 Tahun sejak UU No. 45 Tahun 1999 dikumandangkan, dan tarik menarik selama 3 tahun sejak Inpres No. 1 Tahun 2003 dikeluarkan, berakhir dan Provinsi Irian Jaya Barat mulai membangun dirinya secara sah. (kutipan dari Majalah Komite, maret 2007, hal 33).Perkembangan selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 24 Tahun 2007 Tanggal 18 April 2007, nama Provinsi Irian Jaya Barat berubah menjadi nama Papua Barat.

 
KEBUDAYAAN PENDUDUK PANTAI UTARA IRIAN JAYA
Kebudayaan penduduk Irian Jaya tidak merupakan suatu kesatuan, tapi beraneka ragam. Pada umumnya dapat dibedakan dari penduduk cendrawasih, penduduk rawa-rawa di daerah pantai utara, penduduk pegunungan Jaya Wijaya, penduduk di sungai dan rawa di bagian selatan dan penduduk daerah sabana di bagian selatan. Dan ada pula berbagai daerah kebudayaan yang berbeda di Papua Nugini.Ada bahasa Irian Jaya yang termasuk keluarga bahasa Melanesia, disamping itu ada juga bahasa Irian. Keluarga bahasa-bahasa Irian tersebut dapat dibagi menjadi beberapa keluarga khusus dan yang satu dengan yang lain tak ada sangkut pautnya. Terutama Irian Jaya bagian Teluk Cendrawasih dan daerah pantai utara. Di daerah tersebut ada bahasa yang hanya diucapkan 100 orang bahkan ada bahasa yang lebih kecil lagi.Gejala aneka warna extrem dari kebudayaan di Irian itu dapat dikembalikan jauh ke dalam zaman Prehiston, bangsa yang asal dari daerah yang satu dengan yang lain berbeda, datang dan menduduki pulau untuk tetap tinggal terpisah satu dengan yang lain karena isolasi geografis. Karena itu orang Mimika, orang Asmat atau orang Marindanim, pada dasarnya amat berbeda dengan orang Mori atau orang Dani di Pegunungan Jaya Wijaya, atau dengan orang Biak atau dengan orang Waropen di Teluk Cendrawasih dan amat berbeda pula dengan orang Tor atau orang Bgu di daerah pantai utara.Sebagian dari penduduk desa-desa pantai tersebut mula-mula berasal dari daerah –daerah pegunungan di pedalaman. Banyak di mereka telah turun ke pantai sejak lebih dari 3 perempat abad yang lalu. Gerak migrasi penduduk ke arah hilir sungai-sungai yang sampai sekarang masih berlangsung terus menerus. Adapun arah perpindahan seperti orang Mander, Bonerif, Biyu, Daranto, Segeir, Bora-bora, Waf dan lain lain memang mengikuti arah aliran sungai.   
 Angka-angka dan Fakta-fakta Demografis
Diantara ke-24 desa tempat tinggal penduduk pantai utara tersebut ada pula desa yang jumlah penduduknya 40 orang . teapi ada pula yang jumlah penduduknya 300 orang. Seluruh jumlah penduduknya adalah 4553 orang, dan bila dibandingkan jumlah penduduk sebelum PD II bahwa penduduk jumlahnya justru berkurang. 
Bentuk Desa dan Pola PerkampunganRumah di desa Daerah Pantai Utara merupakan suatu bangunan persegi panjang. Di atas tiang-tiang dengan tinggi keseluruhan adalah 4,50 meter, dengan didalamnya satu-dua ruangan lain untuk tempat tidur. Rangka rumah dibuat dari balok-balok dengan tali rotan; dinding-dinding terbuat / terdiri dari tangkai-tangkai kering lurus panjang dari daun sagu yang disusun sejajar rapi dan diikat dengan tali rotan juga, dinding tersebut dengan nama Ambon-nya dinding gaba-gaba. Lantai terdiri dari srip-strip panjang dari kulit pohon bakau, yang disusun rapi dan bercelah hampir 1 meter yang bisa menjobloskan kaki. Penempatan rumah baru menurut adat istiadat Pantai Utara pada umumnya memerlukan pesta besar, bernama nuanyadedk dengan adanya penukaran pemberian antara kerabat isteri si penghuni dengan kerabatnya sendiri yang menjadi tamu pada upacara tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Artikel Forum Komunitas Ilmu Bermanfaat Untuk Anda Silahkan Masukkan Email Valid Anda Untuk Medapat Update Terbaru Dari Kami Terimakasih

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner


Tukar link atau disebut Link Exchange adalah untuk memper,erat tali persaudaraan diantara sesama blogger karna itulah jika sobat blogger ada yang  ingin Tukar Link dengan Forum Komunitas Ilmu silahkan anda copy Link kami dibawah ini:


Link Forum Komunitas Ilmu

Banner Forum Komunitas Ilmu
Photobucket


Dimohon perhatianya kalau anda pasang link saya disidebar saya juga pasang disidebar tapi......!kalau anda pasang di postingan saya juga pasang dipostingan sebelumnya minta maaf dan terima kasih.
NB:kalau link saya anda hapus link anda juga saya hapus.

Link Sahabat Blogger