Perekonomian Provinsi Papua Barat selama tahun 2005
menunjukkan pertumbuhan yang positif apabila dibandingkan pada tahun 2004. Hal
ini dapat dilihat dari sebagian besar sektor yang mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat. Pada tahun 2005, besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang
tercipta sebesar 7,9 triliun rupiah mengalami peningkatan dari tahun 2004 yang
sebesar 6,57 triliun rupiah. Pada tahun 2005, nilai PDRB atas dasar harga
konstan 2000 sebesar 5,3 triliun rupiah mengalami peningkatan dari tahun 2004
yang besarnya 4,97 triliun rupiah. Sektor
Pertanian di Provinsi Papua Barat didominasi dari subsektor Kehutanan dan
Perikanan mampu memberikan sumbangan nilai tambah yang cukup besar bagi
perekonomiannya. Hasil sektor pertanian sangat besar pengaruhnya terhadap
penciptaan nilai tambah PDRB Provinsi Papua Barat, walaupun sejak tahun 2001
peranannya terus mengalami penurunan hingga sebesar 27,24 persen pada tahun
2005.Sektor Industri pengolahan menempati urutan kedua dalam sumbangannya
terhadap perekonomian Papua Barat yaitu sebesar 19,99 persen. Jika
dilihat dari sub sektornya, peningkatan nilai tambah pada sub sektor industri
migas sangat mempengaruhi adanya peningkatan pada sektor industri pengolahan
dengan peranan sebesar 12,83 persen.
Sektor pertambangan dan penggalian menempati urutan
ketiga pembentuk PDRB Provinsi Papua Barat dengan peranan sebesar 19,34 persen,
mengalami peningkatan apabila dibandingkan pada tahun 2003 yang besarnya
18,42 persen. Sub sektor migas yang sangat berpengaruh terhadap naik
turunnya peranan sektor pertambangan dan penggalian memiliki peranan tertinggi
dibandingkan dengan sub sektor-sub sektor pada sektor lainnya yaitu sebesar
18,63 persen. Sektor perdagangan, Hotel dan Restauran merupakan penyumbang
berikut dalam pembentukan PDRB Provinsi Papua Barat. Peranan sektor ini
pada tahun 2005 sebesar 9,73 persen sedikit mengalami penurunan apabila
dibandingkan dengan tahun 2003 yang besarnya 10,01 persen.
Jika diamati sektor-sektor yang membentuk pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Papua Barat maka dapat diketahui sektor yang menunjukkan
pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2005 adalah sektor jasa yaitu sebesar
13,19 persen, mengalami peningkatan dari tahun 2004 yang besarnya 7,61
persen. Pertumbuhan ekonomi kedua pada tahun 2005 adalah sektor angkutan
dan komunikasi sebesar 12,75 persen, meningkat dari tahun 2004 sebesar 10,13
persen. Diurutan ketiga adalah sektor bangunan sebesar 12,33 persen meningkat
dari tahun 2004 yang tumbuh sebesar 6,26 persen.Sampai dengan tahun 2004 PDRB
berdasarkan harga berlaku menurut kabupaten menempatkan Kabupaten Sorong
diurutan pertama dengan besaran 2,52 triliun meningkat dari tahun sebelumnya
sebesar 1,96 triliun. Sedangkan Kabupaten Teluk Wondama merupakan kabupaten
dengan PDRB terkecil berdasarkan harga berlaku yaitu 111 milyar pada tahun 2004
atau meningkat dari sebelumnya 97 milyar di Tahun 2003.
Angkatan
Kerja
Dalam proses perubahan menuju struktur dalam masyarakat
yang lebih modern, profil ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat menunjukkan
tanda-tanda terjadinya proses tranformasi tenaga kerja dari sektor-sektor
subsistensi ke sektor-sektor modern. Hal ini dapat dilihat dari Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Papua Barat Tahun 2005 sebesar 72
persen yang berarti ada sekitar 72,08 persen penduduk usia kerja yang selektif
secara ekonomi. Jika dilihat berdasarkan gender antara laki-laki dan
perempuan, TPAK laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu 90,37
persen TPAK laki-laki sedangkan TPAK perempuan sebesar 51,88 persen.Tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Papua Barat dapat digolongkan rendah yaitu
sebesar 11,14 persen. Hal ini berarti dari 100 penduduk yang termasuk
angkatan kerja secara rata-rata ada 11 orang diantaranya adalah pencari kerja
(pengangguran). Sehingga Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Provinsi Papua
Barat sebesar 88,86 persen, yang berarti dari 100 angkatan kerja ada sekitar 88
orang sudah bekerja. Jika digolongkan berdasarkan jenis pendidikan maka
angkatan kerja yang terserap di Provinsi Papua Barat paling banyak ada
ditingkat pendidikan SD sebesar 123.460. hal ini menunjukkan masih
rendahnya kualitas SDM yang ada di provinsi Papua Barat.
EKONOMI, INVESTASI &
WISATA PROVINSI PAPUA BARAT
Provinsi Irian Jaya Barat merupakan provinsi
hasil pemekaran Provinsi Papua menurut letak geografisnya di sebelah utara
berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan
Laut Banda, sebelah barat berbatasan dengan Laut Seram dan sebelah timur
berbatasan dengan Provinsi Papua. Adapun Luas wilayah provinsi ini sekitar
115.363,50 Km² yang dihuni oleh 651.958 jiwa (tahun 2...006) dengan rata-rata
kepadatan penduduknya 6 jiwa per Km². Secara administratif, Irian Jaya Barat
terbagi menjadi 8 (delapan) kabupaten dan 1 (satu) kota, yaitu Kabupaten
Fak-Fak, Kaimana, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Manokwari, Sorong Selatan,
Sorong, Raja Ampat dan Kota Sorong dengan Manokwari sebagai
ibukota
provinsi.
Tahun 2005 tercatat Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Provinsi Irian Jaya Barat berdasarkan harga konstan mencapai Rp.
5,3 triliun, dengan kontribusi terbesar dari sektor pertanian dengan Rp. 1,58
triliun atau sekitar 29,7% dari total PDRB, kemudian sektor pertambangan
sebesar 1,1 triliun atau sekitar 20,7% dan sektor industri pengolahan sebesar
747,97 miliar atau sekitar 14,1% dari total PDRB. Perkembangan PDRB provinsi
ini dapat dilihat pada Grafik di samping.
Provinsi Irian Jaya Barat memiliki beberapa komoditi unggulan untuk sektor pertanian meliputi ubi kayu, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao dan padi. Disamping itu perikanan tangkap juga menjadi salah satu unggulan yang dimiliki oleh Provinsi Irian Jaya Barat. Untuk sub sektor perikanan tangkap, total kapasitas produksi pada
Provinsi Irian Jaya Barat memiliki beberapa komoditi unggulan untuk sektor pertanian meliputi ubi kayu, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao dan padi. Disamping itu perikanan tangkap juga menjadi salah satu unggulan yang dimiliki oleh Provinsi Irian Jaya Barat. Untuk sub sektor perikanan tangkap, total kapasitas produksi pada
tahun
2005 mencapai 87.672 ton.
Untuk
menunjang kegiatan perekonomian, Provinsi Irian Jaya Barat memiliki sebuah
kawasan industri yaitu Kawasan Industri Arar. Perekonomian di provinsi ini juga
ditunjang oleh 21 (dua puluh satu) pelabuhan, antara lain Pelabuhan Fak-Fak,
Bomberai, Kokas, Seget, Sailoto, Ransiki, Oransberi, Saukorem, Sorong I, Sorong
II, Teminabuan, Inawatan, Bintuni, Babo, Kabare , Wasior, Windesi, Kaimana,
Saunek, Fataniap, dan Waigama. Selain pelabuhan, provinsi ini juga memiliki 12
(dua belas) bandar udara antara lain Bandara Torea di Fak-Fak dengan panjang
landasan 660 Km, Ijahabra di Sorong (500 Km), Rendani di Manokwari (1.850 Km),
Kebar di Manokwari (990 Km), Jefman di Sorong (1.650 Km), Inanwatan (600 Km),
Ayamasi (600 Km) Kambuaya (600 Km) di Sorong Selatan, Bintuni (650 Km), Babo
(1.300 Km) di Teluk Bintuni, Waisor (600 Km) di Teluk Wondama dan Bandar Udara
Utarom (1.600 Km) di Kaimana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar