Sinopsis Novel Sastra Belenggu Karya Armijn Pane – Berikut
ini adalah sinopsis novel Sastra Belenggu karya sastrawan kita Armijn Pane. Dan
pada akhir tulisan ini ada link untuk download gratis Sinopsis lengkapnya .
Tokoh dalam
kisah:
- Dokter Sukartono, disapa Tono
- Sumartini, disapa Tini, istri dokter Sukartono
- Rohayah alias Nyonya Eni alias Siti Hayati, disapa Yah, teman kecil dokter Sukartono
- Hartono alias Abdul Syukur, disapa Har, teman sekolah dokter Sukartono sewaktu di Malang
- Karno, bujang pasangan Tono dan Tini
- Abdul, supir Tono
- Pasangan Mangunsucipto dan Tati, paman dan bibi Tini
- Ibu Rusdio, Nyonya Sutatmo, Nyonya Sumarjo, Aminah
Barisan kata di halaman pertama novel Belenggu begitu kuat membawa imajinasi pembaca ke masa lampau, masa Indonesia masih terbilang bayi. Cara berbahasa yang diajukan Armijn sangat kuat mencitrakan betapa tata bahasa yang dituliskannya sangat berbeda dari tata bahasa Indonesia zaman kini. Misal saja, di paragraph pertama bagian pertama novel, tertulis: Seperti biasa, setibanya di rumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di ruang tengah, dibawah tempat telepon. Bagi saya, perbedaan zaman yang mencolok itu terekam dalam frasa ‘… dokter Sukartono terus saja menghampiri …’
Ketika membaca frasa tersebut, saya merasa ada kejanggalan berpikir. Penyebabnya adalah kata ‘terus.’ Bagi saya pribadi, kalimat yang digunakan Armijn Pane dapat saya kategorikan sebagai tata bahasa Indonesia klasik. Dan dalam tata bahasa Indonesia modern (baca: setelah Ejaan Yang Di-Sempurnakan), kata ‘terus’ diganti dengan kata ‘selalu,’ sehingga frasa tersebut tertulis: ‘… dokter Sukartono selalu saja menghampiri …’ Dugaan saya, di masa Armijn Pane menulis novel Belenggu, bahasa Indonesia belum mengenal kata ‘selalu.
Uniknya, bagi saya, perbedaan tata bahasa antara penulis yang hidup di era tata bahasa Indonesia klasik dengan pembaca yang hidup di era tata bahasa Indonesia modern tidak berdampak negatif. Pembacaan atas naskah Belenggu tidak terganggu, malahan memikat disebabkan ketegangan yang muncul antara tata bahasa Indonesia klasik dengan tata bahasa Indonesia modern. Saya seakan terus terpancing—tentunya disamping menyelami apa yang hendak dikisahkan Armijn Pane—untuk menikmati keindahan tata bahasa Indonesia klasik; dan bagi saya tata bahasa Indonesia klasik itu memang memiliki keistimewaan yang disebabkan kekentalan intonasi dalam setiap kalimat. Berdasarkan pengalaman membaca karya sastra Indonesia dalam tata bahasa Indonesia modern, saya menyimpulkan, unsur intonasi dalam kalimat terasa tak menonjol.
1 komentar:
Hai teman, sudah tau kalau sekarang menonton film drama korea sangat mudah, cukup download aplikasi MYDRAKOR di GooglePlay gratis MYDRAKOR menghadirkan nuasa menonton film drama korea sangat mudah, MYDRAKOR banyak pilihan film drama korea terbaru.
https://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main
https://www.inflixer.com/
Posting Komentar