Sinopsis Novel Tidak Ada Esok
Judul : Tidak Ada Esok
Pengarang : Mochtar Lubis
Tahun : Cetakan Ketiga, 1989
Tebal buku : 226 hlm.
Penerbit : Pustaka Jaya
Pengarang : Mochtar Lubis
Tahun : Cetakan Ketiga, 1989
Tebal buku : 226 hlm.
Penerbit : Pustaka Jaya
Ringkasan
Cerita
Novel ini menceritaakan tentang perjuangan seorang tokoh Johan ketika masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan paska kemerdekaan. Berawal dari penggambaran setting yang sangat piawau dilakukan oleh pengarang. Tokoh Johan bersama pasukan lainnya hendak mengepung para penjajah di sebuah hutan. Kegelisahannya mulai terasa ketika pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang memberatkan.
Setelah tau musuh tidak jadi lewat di daerah yang mereka tunggui, mereka beristihat membentuk sebuah perkumpulan, dimana seorang-seorang saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Johan yang kala itu menceritakan pengalamnnya bertemu bertemu dengan seorang gadis. Pengalaman itu baginya sangat berarti. Dari situlah kisah cintanya dengan perempuan itu timbul.
Kemudian ia hendak pergi ke Kota Yogya, ke rumah temannya. Di sana ia bersama dengan teman lainnya masuk ke dalam organisasi masing-masing, ada yang masuk sebagai tentara, sebagai Laskar Rakyat, dan sebagainya. Sedangkan ia sendiri masuk Peta pada tahun 1944. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat kuat, ia dinilai sangat bagus.
Kemerdekaan pun tiba, saat itulah ia merasa telah tenang. Akan tetapi ketenangannya itu kembali harus terusik setelah kedatangan kembali Belanda untuk menghancurkan bangsa Indonesia. Pada saat itu Johan bertindak sebagai pembawa laporan dari para pejuang yang hendak dilaporkan kepada kantor pusat.
Pada pertempuran paska kemerdekaan itulah banyak dari temannya yang gugur. Kematian teman-temannya menjadi dasar pemikirannya untuk merenungi, untuk apa ada pertempuran, pertumpahan. Ia akhirnya menyadari semua itu adalah sebuah pengorobanan.
Novel ini menceritaakan tentang perjuangan seorang tokoh Johan ketika masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan paska kemerdekaan. Berawal dari penggambaran setting yang sangat piawau dilakukan oleh pengarang. Tokoh Johan bersama pasukan lainnya hendak mengepung para penjajah di sebuah hutan. Kegelisahannya mulai terasa ketika pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang memberatkan.
Setelah tau musuh tidak jadi lewat di daerah yang mereka tunggui, mereka beristihat membentuk sebuah perkumpulan, dimana seorang-seorang saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Johan yang kala itu menceritakan pengalamnnya bertemu bertemu dengan seorang gadis. Pengalaman itu baginya sangat berarti. Dari situlah kisah cintanya dengan perempuan itu timbul.
Kemudian ia hendak pergi ke Kota Yogya, ke rumah temannya. Di sana ia bersama dengan teman lainnya masuk ke dalam organisasi masing-masing, ada yang masuk sebagai tentara, sebagai Laskar Rakyat, dan sebagainya. Sedangkan ia sendiri masuk Peta pada tahun 1944. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat kuat, ia dinilai sangat bagus.
Kemerdekaan pun tiba, saat itulah ia merasa telah tenang. Akan tetapi ketenangannya itu kembali harus terusik setelah kedatangan kembali Belanda untuk menghancurkan bangsa Indonesia. Pada saat itu Johan bertindak sebagai pembawa laporan dari para pejuang yang hendak dilaporkan kepada kantor pusat.
Pada pertempuran paska kemerdekaan itulah banyak dari temannya yang gugur. Kematian teman-temannya menjadi dasar pemikirannya untuk merenungi, untuk apa ada pertempuran, pertumpahan. Ia akhirnya menyadari semua itu adalah sebuah pengorobanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar